Ada yang menarik dari perebutan mendali emas
Badminton Beregu Putra. Final yang mempertemukan Indonesia dengan China tanpa
disadari membuat para Garuda Muda harus melawan para pemain leganda.
Garuda Muda yang berhadap dengan legenda antara
lain Jonatan Chistie (20 tahun) melawan Chen Long (29 tahun), Fajar Alfian (22
tahun)-Muhammad Rian Ardianto (22 tahun) melawan Liu Cheng (26 tahun) – Zhang Nan
(28 tahun) dan pada laga pamungkas adalah Ihsan Maulana Mustofa (22 tahun)
melawan Lin Dan (34 tahun).
Secara umum dari daftar pemain Indonesia yang
disebutkan di atas masih berumur 22 tahun, sedangkan lawan mereka yang memiliki
selisih umur paling kecil sebesar 4 tahun, yakni Liu Cheng. Chen Long adalah
pesaing Lin Dan dalam memperebutkan emas dalam Olimpiade, pernah menjadi
peringkat 1 dunia. Lin Dan adalah legenda hidup pemain bulu tangkis China
dengan torehan 2 mendali emas pada Olimpiade. Pun demikian Zhang Nan yang juga
pernah meraih Emas olimpiade.
Pertarungan
secara umum memproyeksikan perang yang tidak seimbang di atas kertas. Sampai
tulisan ini dimuat sedang berlangsung pertandingan antara Fajar-Ardianto
melawan Liu Cheng-Zhang Nan. Tetapi inilah kehidupan, pertandingan yang secara
kasat mata tidak adil sering terjadi. Lumrah memang, tetapi mayoritas publik
ada yang tidak setuju jika terjadi pertarungan ini. Mayoritas berdalih dengan alasan
“mencari keadilan”.
Namun, bagi
sebagian orang pertarungan yang tidak adil inilah yang ditunggu. Saya sendiri menyebutnya
momentum percepatan. Dengan adanya pertarungan tidak seimbang di atas kerta
maka ini juga menjadi peluangan mereka yang dianggap kecil untuk bisa menyamai
atau bahkan melampaui sang Legenda (Raksasa).
Jika kalah,
mereka yang dianggap kecil tidak akan terlalu kehilangan banyak, akan tetapi
jika menang atau pun seimbang maka yang didapat tentu tidak sedikit.
Inilah pula
yang terjadi pada Jonatan Christie dimana akhirnya kalah tipis dari sang Legend
Chen Long. Tetapi perlu diketahui, Jojo (sapaan Jonatan) memiliki histori 3
kali pertemuan dengan hasil 3 kali kalah sebelum ASIAN GAMES 2018 ini. Bahkan
pada pertemuan terakhir tahun 2017 Jojo kalah telak dengan skor 9-21 dan 7-21
atau nyaris tanpa perlawanan. Jojo pada ASIAN GAMES ini mampu memaksa sang
Legenda bertarung 3 set dan dengan selisih poin yang tidak melebihi 4 angka
untuk tiap set-nya.
Bagi mereka
yag pesimis dengan Indonesia mungkin tidak akan sadar akan potensi yang
dimiliki oleh para Garuda Muda ini. Dengan umur belia mereka mampu membuat sang
Legenda kewalahan. Bisa dibayangkan bagaimana kemajuan para Garuda Muda saat
memasuki usia keemasan mereka di 25 sd 27 tahun nanti.
Maka untuk
kita yang masih muda dengan sejuta angan jangan pernah menghindari pertarungan
yang mungkin di atas kertas tidak seimbang. Untuk kita, bukan kalah dan menang
yang penting, tetapi momentum percepatannya yang harus dikejar.
With a decrease boundary of 1, the crash point is 1xbet distributed roughly in an inverse sq. law. The players want to put their wager have the ability to} enter one round. During this course of, if the player “cash-outs” at a certain multiplier m, before the game ends, they win the round; in any other case they lose.
BalasHapus