Setelah sekitar 11 bulan masuk dalam program MDP Maybank
Batch 43, akhirnya hari penghakiman (the
judgement) pun tiba. Tenang saja, ini bukan film horror yang menceritakan
kejombloan seseorang. Lebih dari itu, ini mengkisahkan tentang ujian komprenya
seorang jomblo. Weq, horror tingkat dewa. Hehehe
Ok, bagi job hunter
yang sedang mencari alternatif karir dan mau mencoba program MDP Maybank bisa
baca kumpulan tulisannya pada link ini.
Masuk dalam cerita bagaimana seorang jomblo yang ujian
komprehensif bisa menjadi horor. Memang diujung setiap proses pendidikan harus
ada sebuah tes yang mampu mengukur tingkat keberhasian program tersebut.
Kebetulan di MDP Maybank, programnya berupa ujian komprehensif. Apa saja yang
diuji?? Secara umum terdiri dari dua bagian, yaitu pengetahuan teori (tekstual)
dan karya tulis (memo analisa bisnis).
Membaca kalimat terakhir paragraf di atas pasti membuat sebagian
orang yang sudah menyelesaikan S1 atau S2 akan teringat dengan ujian
skripsi-komprehensif di kampusnya. Ya memang kurang lebihnya seperti itulah.
Kita masuk ke dalam ruangan yang hanya ada kita dan beberapa penguji. Suasana
mencekam, suhu ruangan yang tiba-tiba turun dibawah 0 derajat dan jatung yang
berdetak lebih cepat. Hahahha please
deh, mungkin bahasa saya agak “drama”.
Cerita ini menjadi horor dikarenakan memang persiapan yang
dilakukan lebih sederhana dibanding yang seharusnya. Ujian rabu tangal 26 April
namun persiapan baru dilakukan jumat 21 April jam 6 malam (jangan lupa sabtu,
minggu merupakan hari libur, plus senin 24 April kena tanggal merah juga).
Belum lagi yang seharusnya ada pre-kompre pada tanggal 25 (semacam sesi
persiapan menjelang kompre), eh saya malah terlambat datang karena insiden
travel yang terlambat berangkat dan adanya sisah harus balik libur panjang,
plus ada insiden ketika saya hampir di gerayangi salah satu mas driver ojek
online. Untunglah keselamatan status jomblo saya tidak direngguk oleh mas-mas.
LOL.
Hal seriusnya adalah dalam hidup hari penghakiman (The Judgement) pasti akan selalu ada.
Entah itu formal atau non formal, kita akan selalu mendapat penilaian dari
orang lain. Berhasil tidaknya kita dalam menjadi penyelam di dunia yang fana
(bahasanya mbak @primahindarto ). Ingat, penghakiman atau penilaian ini
merupakan ekspresi dari orang lain, bukan berasal dari persepsi kita atas diri
sendiri. Dan yang terpenting adalah apakah hasil dari Judgement itu bisa membuat kita menjadi penyelam ulung dikemudian
hari atau tidak.
Sebisa mungkin, jangan hanya fokus akan judgement-nya, namun
mintalah hasil judgement tersebut
yang disertai saran. Saran setelah judgment
pasti kualitasnya akan lebih baik dari pada saran yang didapat dipinggir
jalan tol. Mintalah.
Jangan takut tidak bisa menjawab sebuah pertanyaan tes, tapi takutlah
ketika sang penanya sudah tidak memberi saran untuk kita.
Beruntungnya saya adalah Tuhan semua pertanyaan masih bisa
dijawab, ya semoga saja (tidak) lulus. *eeeh
Jakarta, 27 April 2017
sumber gambar : https://www.reference.com/government-politics/civil-judgment-mean-be25cc257e5497ed
sumber gambar : https://www.reference.com/government-politics/civil-judgment-mean-be25cc257e5497ed
Tidak ada komentar:
Posting Komentar