Kisah Inspiratif “Panti Asuhan Guna Nanda-Tanda Kasih Buddha” (1)
Weekend biasanya
saya pulang ke Bandung untuk berkumpul bersama Ibu dan keluarga. Namun, sabtu
13 Agustus saya tidak pulang. Ini di karenakan memang sudah ada agenda CSR
(bahasa sederhananya kegiatan sosial) oleh peserta MDP Batch 43 Maybank (yang
belum tahu MDP Maybank silahkan baca disini).
Tempat pelaksanaan CSR di Panti Asuhan Guna Nanda (daerah
Cakung). Sejenis panti yang belum pernah saya datangi. Maklum selama ini
kegiatan sosial di Manado biasanya terletak di panti asuhan yang berbasis
kegiatan keagamaan Islam, Kristen dan Katolik. Iyah, ini pertama kalinya saya
masuk dalam komunitas sosial Buddhis.
Pribadi ini langsung tersentuh ketika memasuki lingkungan
panti asuhan ini. Di depan gedung utama langsung terdapat patung penanda
kawasan ini dihuni oleh pemeluk agama Buddha. Sebelum kegiatan kami berjalan, ternyata
anak-anak disini akan melakukan kegiatan ibadah ritual. Sebelumnya saya tidak
pernah melihat langsung proses ibadah ritual agama Buddha.
Berdiri di belakang mereka sambil melihat dan mendengar saja
sudah cukup membuat saya tersentuh. Saya tidak tahu arti lantunan doa-doa yang
disebutkan, apalagi mengerti makna dari setiap gerakannya. Entah kenapa, hati ini
tetap merasakan suasana hangat dan ketulusan selama sekitar 15 menit proses
ibadah itu.
Secara nalar yang saya tahu, suasana damai nan menyentuh itu
diakibatkan aura-aura kebaikan yang diberikan oleh anak-anak disini. Tanpa
memandang agama mereka, yang tahu mereka adalah anak-anak baik yang sedang
mencoba menaklukan dunia.
Di salah satu dinding, terpajang hasil karya tangan mereka
yang membuat sebagian besar dari kami tersentuh. Begini bunyinya:
Ayah yang kukenal…
Bukan ayah yang bisa
menemaniku saat bermain bola,
Bukan ayah yang bisa
menciumku setiap saat dia inginkan,
Bukan ayah yang bisa
ku sambut ketika ia pulang kerja,
Bukan ayah yang bisa
membelaku saat aku diganggu anak nakal,
Bukan ayah yang bisa
menemaniku saat aku sedang sakit,
Bahkan ayah tak pernah
mengucapkan selamat ulang tahun untuk.
Tapi…
Bukan karena ayahku jahat atau
terlalu mementingkan pekerjaannya,
Mungkin ini adalah hasil karmaku
an ayah dimasa lampau,
Mungkin belum waktunya aku
bertemu dengan ayah,
Aku tidak membenci karma ku
sendiri dan ayah,
Karma pasti tidak akan pernah
salah,
Hinggah belum ada kesempatanku
untuk bertemu dengan ayah.
Ayah memang tidak
pernah ada di sisi ku,
Tapi ia selalu
menemaniku setiap saat,
Setiap kali aku sedih,
Aku tinggal menutup
mataku dan memanggil namanya,
Ia akan datang
meskipun hanya aku yang tahu,
Karena hatiku
merasakannya,
Aku rinduk ayah.
Kalimat bermakna, tapi terasa begitu mendalam begitu tahu
bahwa itu merupakan tulisan dari anak-anak di panti asuhan, yang pada umumnya
memang tidak hidup bersama ayah mereka. Bagi yang sudah ditinggalkan ayahnya, tentu barisan kalimat di atas dengan mudah
menusuk hati. Semoga kita semua bisa menjadi anak yang bisa memberikan senyuman
di wajah ayah-ayah kita, baik secara langsung ataupun tidak. Mari sertakan amin
di kolom komentar jika berkenan.
Bersambung klik disini....
Kumpulan Tulisan MDP Maybank : http://www.wahyurepi.com/2016/12/seleksi-mdp-maybank-seputar-mdp-maybank.html
Kumpulan Tulisan MDP Maybank : http://www.wahyurepi.com/2016/12/seleksi-mdp-maybank-seputar-mdp-maybank.html
Amin Yra 😢😔
BalasHapusAmiiiin. Terima kasih.
Hapus