Kita tahu bahwa Indonesia berbatasan langsung dengan
Malaysia dan Singapura. Dua Negara yang umur kemerdekaannya masih dibawah kita.
Namun, dua Negara tersebut per hari ini secara komulatif lebih maju dari kita.
Tapi yang ingin dibahas bukan tingkat kemajuan Negara mereka. Yang ingin saya
ceritakan adalah tingkat kemajuan anak Indonesia yang belajar disana.
Selama MDP batch 43 Maybank Indonesia saya bertemu dengan
dua orang yang agak absurd (jika
bertemu pertama kali pastinya kita saling merasakan absurd kan, jangan tersinggung ya). Hehe. Mereka berdua sebut saja
Faqih dan Bobby.
Teman pertama saya sekaligus partner dari seleksi area
Bandung bernama Faqih Ahmad Muzakky. Pria berdarah biru asli Bandung (baca:
hidup dan matinya untuk PERSIB, J)
lulusan International Islamic University of Malaysia
(IIUM) ini saya kenal ketika memasuki interview dua. Untung pula ketika selesai
interview dua kami sempat bertukar kontak. Sehingga memasuki interview user dan medical check up pun kami bisa komunikasi terlebih dahulu. Berangkat ke Jakarta
hingga check in di hotel pun bareng. Alhasil kami menjadi teman sekamar selama ± 3
bulan pendidikan kelas. Tiga bulan bersama Faqih saya mendapatkan banyak kisah
menarik. Namun, karena terbatasnya ide utama dalam tulisan ini, untuk sementara
yang dicerikan seputar kulitas pendidikannya saja.
Teman kedua dalam cerita ini bernama Bobby Tjandra. Pria
berbadan lebar kesamping (baca: tersangka fitness) merupakan lulusan National University of Singapure (NUS).
Orang yang saat pembukaan MDP langsung membuka tawanya agak lebar dan tiba-tiba
beberapa hari kemudian menjadi cool (baca:jaga
wibawa). Ketahuan beliau yang satu ini sempat mau melakukan adaptasi. Hahaha.
IIUM dan NUS? Belum pernah mendengarnya? Yang pasti kedua
universitas ini merupakan PTN (Perguruan Tinggi Negeri) di negaranya
masing-masing. Tersiar kabar juga kalau NUS adalah kampus nomor wahid (baca:
terbaik) di ASEAN. Tersiar kabar? Mau tahu pastinya? Ya googling dong, hahaha
Banyak anak Indonesia kuliah di luar negeri namun berlabuh
di Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Khusus dua teman ini ternyata melabuhkan
hatinya di PTN. Entahlah mereka telah melabuhkan hatinya untuk seseorang atau
belum. Yang pasti semoga mereka tidak saling melabuhkan hatinya. Hahaha
Ok. Masuk ke arena serius.
Sejak hari pertama saya jujur langsung mendapatkan tekanan yang
tinggi dari dua orang ini secara akademik (teman-teman lain juga memberikan
tekanan, namun untuk artikel ini biarlah mereka menjadi bintang terleih dahulu,huhu).
Bagaimana tidak, dalam sesi perkenalan saja dua orang ini sudah
merepresentasikan PTN terbaik di Negara dan ASEAN. Sementara saya? T.T
Hingga memasuki akhir proses penilaian, terlihat juga dua
orang ini menjadi segelintir orang yang tidak pernah merah
nilainya. Ya, secara keilmuan mereka memang berasal dari bidang studi yang
memperihatinkan. Faqih berasal dari Matematika dan Bobby dari Kimia (agak
kasihan dua orang ini telah mendapatkan beban hidup yang tinggi sejak bangku
kuliah/ hahaha).
Bobby memiliki gaya belajar individual yang sangat tinggi,
ini juga mungkin menjadi representasi tekanan hidup di Singapura. Namun, cara
belajarnya terbukti efektif. Diawal kelas dia termasuk orang yang banyak
bertanya, terutama untuk istilah-istilah yang baru didengarnya. Namun, semakin
lama kelas berjalan dia malah semakin mengetahui istilah-istilah freak dalam dunia ekonomi dan perbankan.
Rahasianya ternyata ada di eyang google. Ngakunya dia jarang
belajar kalau di rumah. Senjata utamanya adalah konsentrasi belajar saat di
kelas. Saya sendiri bisa dibilang percaya dengan pernyataan beliau. Maklum
dalam seminggu dia menghabiskan beberapa hari setelah kelas untuk memakan
korban lemak (baca: tersangka fitness). Buktinya adalah baju dan sepatu fitness
yang dibawanya ke kantor.
Berbeda dengan mahluk homo
sosial (baca: plesetan homo sapiens)
yang satunya, yaitu bapak pendekar biru Faqih. Beliau dalam berkehidupan
seperti karet. Mudah bergaul dengan berbagai lini yang berkaitan dengan MDP.
Anak selow dan woles dalam beajar. Namun, yang menyebalkan adalah nilai beliau
selalu aman. Hahaha. Di kelas beliau tiba-tiba bisa sangat kalem memperhatikan
pemateri, namun tiba-tiba menjadi ganas seperti pengacau.
Dua manusia diatas memiliki kemauan dan tahu kapan harus
menyertakan konsentrasi dalam proses belajarnya. Kemampuan dua homo sapiens ini dalam menyerap
informasi dan pengetahuan juga tinggi. Yan utama mereka berdua ternyata tidak
memiliki kebiasan menyontek. Ya, sebuah kebiasan yang sangat diagung-agungkan
Negara barat dan maju. Sementara kita di Indonesia? Hmm jawab sendirilah ya.
bobby tjandra; wahyu repi ; faqih ahmad muzakky |
Semoga pembaca bisa mengambil makna dan hikmah yang ada. Jika
ada kesempatan ulasan-ulasan pribadi menarik lainnya akan saya lanjutkan.
Kumpulan tulisan seputar MDP Maybank : http://www.wahyurepi.com/2016/12/seleksi-mdp-maybank-seputar-mdp-maybank.html
Kumpulan tulisan seputar MDP Maybank : http://www.wahyurepi.com/2016/12/seleksi-mdp-maybank-seputar-mdp-maybank.html
tidak semua orang seberuntung anda bisa sampai tahap ini
BalasHapusmemiliki pengalaman luar biasa baik di akademik maupun organisasi dan malah sekarang dalam pekerjaan
yang saya ingin tahu bagaimana cara lolos tahap interview
dengan kekurangan tanpa pengalaman organisasi
Halo mas atau mbak, maklum gak cantumin nama ya, ehhehehe.
HapusPertama, saya smpai tahap ini karena menutupi kelemahan2 saya, intinya bukan superman.hahahaha
Kedua, khusus yg MDP angkatan saya ada yg gak pernah ikut organisasi sekalopun tp biaa lulus. Hehehe karena intinya dalam interview kita hrs meyakinkan kita bisa bergaul dan bisa mengatasi masalah nntinya. Ada yg organisasinya segudang tp blm tntu bisa bergaul dgn baik dan menjadi problem solver yg baik kan. Ceritakanlah keyakinan yg ada utk menjawab kebutuhan perusahaan. Hehehe