Beberapa hari yang lalu saya menemani Ibunda ke Rumah Sakit,
ketika kami duduk menunggu panggilan datanglah seorang bapak yang berumur
sekitar 68 tahun. Pembicaraanpun mulai berlangsung hangat. Dan tau tidak apa
yang bapak itu bicarakan?
Dimulai seputar perkenalan biasa dan akhirnya berakhir pada
cerita sang anak dari bapak tersebut. Dia mencerikan bahwa memiliki anak yang
telah menjadi dosen di Fakultas Teknik, mendapatkan beasiswa di ITB sampai
telah berkeluarga. Sebenarnya cerita seperti ini sering kita dengar
disekeliling kita. Namun yang menjadi hal yang luar biasa adalah cara bapak
itu menyampaikannya. Taukah sinar mata dari sang bapak? Sorot matanya tajam
penuh emosi suka cita, kebanggaan atas anaknya tersebut. Walaupun memang bapak
itu datang sendiri tanpa ada sang anak namun tetap saja dia sangat bangga pada
anaknya.
Wahai anak-anak muda yang masih memiliki orang tua,
pernahkan berpikir apakah orang tua kita bisa berbicara seperti bapak tadi terhadap
orang lain. Dengan bangganya orang tua kita akan menceritakan kisah kita para
anaknya terhadap kerabat, kenalan ataupun teman dekat mereka. Sudah yakin
seperti itu? Atau tidak yakin?
Walaupun fisik sang anak tidak mengantar bapak itu ke rumah
sakit namun dia tetap membanggakan sang anak. Bayangkanlah jika sang anak itu
ada disamping bapak. Tentu akan berlipat-lipat antusias sang bapak untuk
bercerita.
Marilah kita evaluasi diri kita, fisikpun belum tentu kita
bisa hadirkan disisi orang tua kita, dan jika bahan cerita yang baikpun untuk
orang tua tidak mampu apakah kita masih bisa berkata bahwa kita mencintai
mereka? @wahyu_presiden
Ya ada betulnya juga bang sebagai anak kita harus ada evaluasi dini, andai saja kalau anaknya juga bisa bersikap sebaliknya serta mengatakan ucapan yg sama dari bapaknya terhadap org tua yg sudah tak berdaya ketika telah terbaring lemah di rumah sakit, dimana berkat usaha dan kerja keras mereka Alhamdulilah kita bisa capai bangku kuliah skrg ini. Dan inshaa Allah kelak nnti bisa jadi org yg berguna org yg sukses dunia maupun akhirat. Tinggal saja introspeksi diri apakah kelak kita termasuk pada kriteria Pemenang atau Pecundang. Dan semoga kalimat terakhir (pecundang) tdk berlaku utk kita yaa...hehehe.
BalasHapusamiiiin... makasih atas komentarnya dit... smga kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik. maaf baru cek komentar, hehehhe
HapusBeh, si do'i.. Maa Syaa Allah kak, apalagi akhirnya..
Hapus