Speak Up!
Dunia
berkembang dengan begitu pesatnya, alhasil banyak ilmu pengetahuan yang
berkembang. Kita lihat saja dahulu orang tidak mengenal Akuntansi dan Manajemen
dalam Ilmu Ekonomi, namun dengan tututan keperluan maka lahirlah ilmu terapan
seperti itu. Bahkan hal yang sederhana dan sering dilakukan setiap hari seperti
berbicara melahirkan Ilmu Komunikasi. Itu semua tuntutan yang harus dipenuhi.
Speak Up...
Alkisah
ada seorang bernama Alo yang disuruh membeli bahan makanan untuk membuat sup
ayam karena Ibunya sedang sibuk. Dia pergi ke pasar langganan Ibunya dan
memilih daging ayam, sambil menunggu datanglah seorang Ibu yang membeli ayam
kampung. Alo akhirnya bingung karena sudah tidak bisa membedakan mana ayamnya
dan ayam Ibu tadi. Tukang daging kemudian mengambil ayam pertama, karena dia
tidak tau mana ayamnya Alo hanya diam saja karena beranggapan ini tukang ayam
langganan jadi pasti sudah tau cara memotong ayamnya. Ternyata benar ayam
pertama adalah ayam milik Alo dan potongan dagingnya berbeda dari biasanya.
Setelah membeli ayam dia pergi ketempat merica, Ibunya hanya menyuruh membeli
merica senilai Rp 1.500 saja. Dia mengambil
4 bungkus merica kemudian bertanya kepada penjual “berapa ini?”. Sang
penjual menjawab “ini saya tambah satu
lagi jadi Rp 2.000”.
Sampai
dirumah tentu potongan ayam yang tidak sesuai membuat masakan kurang menarik,
belum lagi merica yang tidak terpakai semua.
Yang
bisa ditarik jika Alo bisa mengkomunikasikan maksud keinginannya kepada para
penjual tentu daging ayam tidak akan salah dipotong dan merica tidak akan
terbuang sia-sia karena kelebihan.
Itulah kejadian
yang sering terjadi dimasyarakat, bayangkan itu hanya untuk berbicara di pasar
saja. Bagaimana kalau kita disuruh berbicara di puluhan atau ratusan orang?
Dari banyak riset yang dilakukan ternyata ketakutan akan berbicara hampir
selalu menempati peringkat satu di dunia.
Lelucon dari dunia musik diatas juga dapat dikenakan ke dalam ilmu retorika : ”Berbicara itu sama sekali tidak sulit! Orang hanya harus mengucapkan kata-kata yang tepat, pada saat yang tepat, kepada pendengar yang tepat.”
Apakah sesederhana diatas? Tentu tidak, para orator terbaik di dunia seperti Socrates, J. Caesar, St. Agustinus, St. Ambrosius, Martin Luther, Martin Luther King, J.F Kennedy, Soekarno dan lain-lain didapatkan dengan latihan yang terus menerus. Mereka tau kata-kata yang tepat pada saat yang tepat kepada pendengar yang tepat juga.
Speak Up bukan hanya berbicara dengan lancar namun harus memiliki arti dan sistematis. Sejarah telah membuktikan seni bicara menjadi instrumen penting dalam mempengaruhi massa. Semua profesi memerlukan kemampuan berbicara, jangankan Presiden atau Manajer, atlit saja memerlukan seni ini. Atlit profesional berprestasi pasti diundang untuk berbicara dihadapan atlit muda untuk memberikan petunjuk, dokter hebat akan dimohon menjadi pembicara diseminar-seminar. See? Semua profesi memerlukan seni ini. Jika kita ingin menjadi expert disalah-satu bidang ayo Speak Up. Latilah diri dari sekarang untuk berbicara dengan makna dan sistematis.
Mungkin beberapa qoute ini bisa menginspirasi kita:
Quintilianus mengatakan : ”Tidak ada anugrah yang lebih indah, yang diberikan oleh para dewa, daripada keluhuran berbicara.”
St. Agustinus, yang juga seorang retor, mengatakan : ”Kepandaian berbicara adalah seni yang mencakup segala-galanya.”
Sebuah pepatah tua mengatakan, ”Berbicaralah, supaya saya dapat melihat dan mengenal anda.”
Martin Luther berpendapat, ”Siapa yang pandai berbicara adalah seorang manusia; sebab berbicara adalah kebijaksanaan; dan kebijaksanaan adalah berbicara.”
Di atas selembar Papirus yang ditemukan di dalam sebuah makam tua di Mesir tertulis, ”Binalah dirimu menjadi seorang ahli pidato, sebab dengan tiu engkau akan menang.”
Seorang Mario Teguh saja dulunya adalah anak yang kurang bisa berbicara, tapi dengan usaha liatlah beliau sekarang...
***
Ada cerita karena miss komunikasi yang saya ambil dari loker seni:
Presiden
bertanya pada ibu tua penjual kue,
Bpk : "Sudah berapa lama jualan kue?"
Ibu : "Sudah hampir 30 tahun.
Bpk : "Terus anak ibu mana, kenapa tidak ada yang bantu?" ...
Ibu : "Anak saya ada 4, yang
ke-1 di KPK,
ke-2 di POLDA,
ke-3 di Kejaksaan dan yang
ke-4 di DPR, jadi mereka sibuk
sekali pak..."
Presiden kemudian
menggeleng-gele -ngkan kepala karena kagum...
Lalu dengan percaya diri Bapak Presiden
berbicara kesemua hadirin yang menyertai beliau, "Meskipun hanya jualan kue, ibu ini bisa menjadikan anaknya sukses dan jujur tidak korupsi...karen -a kalau mereka korupsi,
pasti kehidupan Ibu ini sudah sejahtera dan tinggal dirumah
mewah..."
Lalu sambil mengarahkan mike
yang sedang dipegangnya ,Bapak Presiden kembali
berbicara kepada wanita penjual kue tersebut ...
Bpk : "Apa jabatan anak di POLDA, KPK,KEJAKSAAN dan DPR?"
Lalu dengan polosnya sang wanita penjual kue tersebut itu berkata :"Sama... mereka berjualan kue juga disana ..."
Bpk : @#$%$^@%
#Kejang-kejang
Bpk : "Sudah berapa lama jualan kue?"
Ibu : "Sudah hampir 30 tahun.
Bpk : "Terus anak ibu mana, kenapa tidak ada yang bantu?" ...
Ibu : "Anak saya ada 4, yang
ke-1 di KPK,
ke-2 di POLDA,
ke-3 di Kejaksaan dan yang
ke-4 di DPR, jadi mereka sibuk
sekali pak..."
Presiden kemudian
menggeleng-gele -ngkan kepala karena kagum...
Lalu dengan percaya diri Bapak Presiden
berbicara kesemua hadirin yang menyertai beliau, "Meskipun hanya jualan kue, ibu ini bisa menjadikan anaknya sukses dan jujur tidak korupsi...karen -a kalau mereka korupsi,
pasti kehidupan Ibu ini sudah sejahtera dan tinggal dirumah
mewah..."
Lalu sambil mengarahkan mike
yang sedang dipegangnya ,Bapak Presiden kembali
berbicara kepada wanita penjual kue tersebut ...
Bpk : "Apa jabatan anak di POLDA, KPK,KEJAKSAAN dan DPR?"
Lalu dengan polosnya sang wanita penjual kue tersebut itu berkata :"Sama... mereka berjualan kue juga disana ..."
Bpk : @#$%$^@%
#Kejang-kejang
Qoute dari saya adalah
“Sesuatu
kebaikan tidak akan menjadi baik jika tidak disampaikan dengan baik”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar