Pesona Dua Hari Bersama Para Mentor
Banyak motivator, psikolog sampai pebisnis mengatakan syarat
untuk “cepat” berhasil adalah melihat cara orang-orang yang telah berhasil.
Kalau kata pak Tung Desem Waringin gunakan ATM (Amati,Tiru dan Modifikasi)
gitu. Bahasa lainnya dari mas Ippho Santosa dan Jamil Azzaini adalah “cari
mentor”.
Dua hari kemarin Tuhan memberikan kenikmatan yang luar biasa
lagi (yang tidak biasa,hehehe). Sabtu kemarin (25 januari) saya dipertemukan
dengan orang-orang muda luar biasa dalam acara “Temu Pemimpin” dari Parlemen
Muda Indonesia, walaupun tidak menjadi delegasi daerah namun saya cukup puas
dengan materi yang disampaikan dalam setengah hari itu. Orang-orang luar biasa,
mulai dari dokter yang membuat asuransi sampah sampai pemuda yang bekerja
dengan orang-orang terkaya dunia bahkan ada juga pembicara sebagai orang yang
terang-terangan menolak kapitalisme. Luar biasa pelajaran yang saya dapatkan
disitu.
Dan pada hari minggu (24 januari) akhirnya saya mendapatkan First Ticket Golden Ways saya. Oh my God!!! Akhirnya bisa liat om Mario langsung
(om Mario bilang harus ngiler kalau liatin dia,parah :D)
Oh ya makasih buat kak charles yang memberikan info MTGW...
Yah mentor.... Mungkin dari kita merasakan kesulitan mencari
sosok-sosok mentor yang luar biasa, tentu saya perlu mengingatkan dalam Agama
kita semua telah ada mentor-mentor (panutan) yang luar biasa yang harus diikuti
jalannya. Namun selain itu semua kita juga tak ada salahnya mengambil
mentor-mentor yang dekat dengan kita saat ini seperti keluarga kita sendiri
tentunya.
Nah bagaimana kalau kita ingin jadi pebisnis? Siapa mentor
yang harus kita ambil? Tentulah parah pebisnis yang sudah terbukti dengan
kapasitasnya. Kalau ingin jadi dokter tinggal cari dokter yang bisa menjadi
panutan. Mentor berfungsi sebagai peta kita agar kita tidak salah arah. Permasalahannya
saat ini banyak orang yang kebingungan mencari atau menentukan mentornya. Ada yang
mengatakan saya tidak kenal dengan mereka atau saya tidak pernah berjumpa
dengan mereka.
Apakah itu semua benar?
Kalau kita hidup dijaman 60-an yang tidak memungkinkan
komunikasi secara cepat dan luas mungkin ini bisa dibenarkan. Tapi ada kisah
dibalik bapak proklamator kita yang hidup dijaman seperti itu namun berhasil
mendapatkan mentor yang luar biasa. Yang sudah nonton film Soekarno pasti sudah
tau bagaimana beliau menjadikan paham-paham anti liberalisasi sebagai mentornya
lewat buku-buku yang dibaca. See? Dijaman
saat ini kita jangan sampai hilang arah ataupun peta kita agar bisa lebih cepat
sampai pada tujuan yang kita inginkan.
Terlalu banyak anak muda yang menjadikan akun-akun galau di
Twitter sebagai mentornya, (kalau gak percaya coba liat twitter sendiri,
hehehe). Dengan teknologi yang seperti saat ini kita berhak menjadikan siapapun
di Dunia ini sebagai mentor kita selama ada hal-hal yang baik untuk kita ambil.
Ada internet, ada buku, atau ada orang yang pernah bertemu dengan dia. Jadikan hal-hal
itu sebagai jalan mendapatkan mentor. Akan lebih baik tentu ketika mentor itu
bisa berkomunikasi langsung dengan kita namun itu bukanlah faktor kunci.
Oh ya, banyak yang jarang menggunakan komunikasi lewat
e-mail untuk berkomunikasi dengan orang-orang luar biasa. Saya sangat
menyarankan menggunakan media ini sebagai alat komunikasi langsung, pengalaman
saya walaupun agak lama tapi biasa dibalas loh...
Finally, tulisan
saya tak akan ada gunanya jiak setelah ini teman-teman semua belum menentukan
mentornya. Ayo minimal pikirkan dan tuliskan di hp sekalian siapakah
orang-orang yang layak dijadikan mentor! Beli bukunya, cari kontaknya atau
bertemu langsung dengannya. It simple guys...
With Hilbram Dunar, MCnya om Mario |
suasana dalam studio |
Dengan kak Charles, pemberi info |
its nice :( emotnya sengaja di sedihin karna iiri :(
BalasHapus